Di pantai Pangandaran

Di pantai Pangandaran

Minggu, 21 April 2013

Kegiatan di Samling

Semakin semarak kegiatan di Samling Baramas Sdn Bhd dengan adanya Persatuan Bola sepaknya.
tentunya bukan sekedar untuk hura2, namun olah raga dan olah jiwa yang sehat akan mendukung aktifitas dalam kepenatan sehari-hari dalam kehidupan di pabrik.
Sebagai suporter saya tak bisa begitu banyak buat memajukan kegiatan yg sedang di gemari oleh pecinta Bola sepak di  Samling.
Namun dengan artikel yang sangat pendek mudah-mudahan menjadi suatu momen tersendiri dalam mengenang kegiatan disini dalam kemudian hari.
Ada beberapa klub disini yang aktif dalam beberapa even pertandingan di lapang Doyon Samling.
di antaranya adalan Persatuan Bola Sepak Elang Borneo FC ( PBSEB),yang beranggotakan karyawan Baramas Shif-A seluruh seksyen.
Klub ini di ketuai oleh Kristian Dedi Hermawan.bag.Qualiti-A.
Klub ini tergolong masih baru,namun banyak anggota yang merupakan potensi dalam bermain bola sepak.
acara rutinpun terlaksana dan terrencana dengan baik dengan diikuti oleh anggota yang aktif dalam memajukan klub tersebut.
Tidak menutup kemungkinan klub ini akan menjadi Pionir baru dalam kancah persepak bolaan di baramas.
karena dilihat dari kegiatan yang sudah berlangsung memang dalam arti putus ditengah jalan.
dan diharap kedepan akan terus berlangsung yang diikuti oleh generasi karyawan baru ataupun lama.
     Semoga seluruh kegiatan yang positif akan senantiasa menjadi penyemangat dan dapat membunuh kejenuhan dalam kehidupan anak perantauan.
Pekerjaan sehari-hari merupakan rutinitas yang perlu dibarengi dengan refresing, supaya tidak menjadikan beban dalam mengemban tugas sebagai pribadi,kepala keluarga,atau Ibu rumah tangga yang menghidupi keluarganya.
  Semoga kita semua diberi kesehatan dalam melangkah dan melakukan kegiata sehari-hari,
amiin.





Sabtu, 23 Februari 2013

Hidup merantau

Pagi yang dingin ingin ku goreskan sedikit alunan garis hidup di perantauan.
    Tak sedikit orang yang mengeluh hidup di perantauan
    tekad yang kuat dan semangat hidup dalam perjuangan
    mungkin salah satu modal kuat buat bertahan di tempat yang berbeda.
    kebiasaan yang tak lazim kita lakukan kadang membuat kita menjadi ekspresi
    dimana kejenuhan mulai melanda
Bagai orang yang berjuang dalam jiwa petualang,itulah kira-kira
jiwa perantau yang mesti kita ingat.
yang mana segala resiko dan apapun bisa terjadi
dan kita harus siap untuk menghadapinya dengan lapang dada
      Rutinitas yang membosankan,kelakuan yang membuat kita pusing,keadaan yang tak kita kehendaki
      hari-hari kita rasakan bagai bom waktu yang tak pernah berhenti
      Dan mereka yang lupa akan kodratnya, dan mereka yang tak mengindahkan
      budaya sosial, dan mereka yang mengabaikan adab sopan santun,
      dan apa yang dirasa seolah menjadi bumbu yang seharusnya tak layak
      untuk kita konsumsi,dengan tujuan apa yang hendak kita capai.
Di saat libur tiba itulah yang di tunggu.
melepas penat dalam aktifitas keseharian
memanjakan diri dengan tidur,dengan bercengkerama,dengan makan-makan,
dengan jalan-jalan,nonton film dan aktifitas berbeda dari yang biasa kita kerjakan.
     Dan di saat tanggal gajian yang di nanti
     mulailah merancang rencana dengan penghasilan yang kita dapat
    apakah gajian cukup atau tidak, lebih atau bahkan dapat durian jatuh
    semua menjadi kebahagiaan tersendiri.
Mereka yang punya keluarga,yang masih sendiri,yang punya gebetan
tak kira harus memperhitungkan kebutuhannya
bukan berarti yang sendiri lebih sedikit keperluannya,
bukan berarti yang keluarga lebih banyak hutangnya.
dan itu kembali pada manajmen masing-masing.
    Itulah sedikit gambaran hidup dalam merantau
    dengan segala pernik-pernik di hati
    manusia pasti menginginkan sesuatu yang lebih
    namun sedikit cerita barang kali menjadi pertimbangan
    dan kesiapan bekal bagi mereka yang hendak mencari rizki
    di suatu tempat yang hendak kita tuju.

Semoga berkenan..
Dan..."Salam damai"
   


 

"Meriang"

Lemas tak berdaya
lunglai dan segala terasa
berguling,berbaring dan merebah
terasa tak ada semangat dan gairah

Sepertinya ini lagi cuaca gak enak
karena mendengar yang sakitpun cukup banyak
semoga ini cepat berlalu
dan aktifitaspun tak akan terganggu

Ya Allah hilangkan rasa sakit ini
dan memohon segala dosapun di ampuni
aku hanya bisa berdo'a
pada-Mu yang Maha kuasa

Manusia hanya bisa berdo'a dan ikhtiar
selebihnya kita harus tabah dan sabar
tak ada cobaan yang berat
kalau kita tetap selalu ingat

Ingat akan dosa dan perbuatan
karena semua ada dalam catatan
semoga segala amal kita selalu sidiq
sebagai bekal kita kembali pada sang Kholiq.

 Salam damai kawan
semoga sehat selalu..
24/01/2013, at.19:07

Rabu, 01 Agustus 2012

Kisah Andi

Rhomadhan ... Embun pagi di Al- Zaytun
Pagi yang dingin menyelimuti Ma’had Al-zaytun, disana sini pepohonan rindang dibasahi embun, tadi malam hujan lebat. Jendela sekretariat sudah dibuka, angin sepoi-sepoi melalui celahnya. Di kursi tamu duduk termenung seorang pria, ia baru tiba dari Samarinda.

Seorang petugas sekretariat menyapa “Ada yang bisa saya bantu, pak ?” pria itu mejawab “Saya Hamzah wali santri dari kalimantan”.. Dengan berkaca-kaca, ia menjelaskan kepada petugas sekretariat bahwa istrinya telah meninggal dunia satu bulan yang lalu, dan berita ini belum disampaikan kepada anaknya yamg bernama Andi, ia duduk di kelas 7 CA1, ia menjelaskan bahwa anaknya mempunyai jiwa yang halus, dan masih kekanak-kanakan, Andi anak nomor dua dari empat bersaudara, sangat dekat dengan ibunya. Pak Hamzah khawatir akan terjadi keguncangan jiwa pada diri Andi jika ia memahami keadaan ibunya. Kepada petugas sekertariat ia memohon untuk dapat menjelaskan berita kematian istrinya secara langsung ke pada anaknya.

Petugas sekertariat menyarankan, sebelum bertemu dengan Andi, agar menemui wali kamarnya dahulu yaitu Ustd Wahyu, karena beliau sangat memahami perkembangan mental dan permasalahan santri di kamar tersebut. Setelah bertemu Ustd Wahyu, Pak Hamzah menjelaskan secara hati–hati tentang kondisi keluarganya dan keterikatan batin antara Andi dan ibunya. Ia sangat memohon kepada ustad Wayu agar bersedia memberikan pemahaman dan kekuatan moril kepada anaknya. Ustd Wahyu dengan gagah langsung menyanggupi “saya akan menyampaikan amanat bapak, Andi sudah saya anggap anak sendiri, mari bersama-sama kita memberikan pemahaman kepada Andi, agar ia ikhlas menerima keadaan ini” Tampak raut ketenangan di wajah Ayah Andi

Di kamar 329 Asrama Al-Fajar, siang itu seluruh santi sedang bercengkrama. Melihat Ustd Wahyu datang, seluruhnya memberikan salam. Dengan senyum khasnya dijawab salam santrinya, seraya berkata “Ayo kita kumpul ! Ada yang akan ustad ceritakan,” serentak mereka berkumpul membuat lingkaran di ruang belajar, dengan meletakan tangannya di atas meja bundar dengan rapi, mereka mulai berkonsentrasi untuk mendengarkan cerita, kemudian ustd Wayu bercerita tentang sejarah Rasul Muhamad SAW. Sang rosul yang dengan sabar dan tabah menghadapi rintangan dan cobaan, walaupun sejak kecil ditinggal orang tuanya. semua khusuk menyimak cerita, kadang serius, kadang tersenyum, kadang mereka menegakan tubuh dengan gagah mengikuti alur cerita. “Di dunia ini tiada yang abadi, keabadiaan hanya milik Ilahi, kepada-Nya kita kembali,” demikian Ustd Wahyu menutup cerita, seraya berkata “Oh Ustd hampir lupa, Andi tadi ada ayah kamu di Managemen Asrama 130, mari kita temui bersama-sama.”

Andi melonjak riang, kemudian ia menyalami teman-temannya dengan salam ”toss”. Sambil berlari kecil ia meninggalkan teman-temannya dan berteriak “Oleh-oleh? Beres semuanya kebagian!” Saat bertemu Ayahnya, Andi dengan takjim mencium tangan ayahnya, dan dengan gembira mencium kedua belah pipi Ayahnya. Sementara Ayahnya membelai-belai rambut Andi penuh kasih sayang. Sambil bergandengan mereka menuju danau Al-Kaustar, di tepi mesjid Al-Hayat. Sementara itu Ustadz Wayu mengikuti dari belakang.

Di tepi danau Ayah Andi mengajak anaknya duduk-duduk sambil sesekali melempar makanan untuk ikan-ikan yang ada di tepi danau “Kemari nak duduk rapat dengan ayah” Andi pun merapatkan duduknya, sementara Ayahnya meletakan tangannya di bahu anaknya. Keduanya tampak terdiam memandang kearah danau Al-Kaustar yang berona biru.

Di atas danau burung-burung merpati terbang kian kemari, sedang di tepi danau, beberapa orang tua santri sedang bercengkrama dengan anaknya, lengkap ayah dan ibu. Tampak pula kecipak air danau, karena seekor angsa sedang memainkan gemercik air mancur putih yang diterpa angin, sesekali kepalanya dimasukan ke air mencari mangsa, sesekali ditengadahkan, kemudian meluncur kembali.Sang angsa bermain dengan gembira kian kemari lalu menepi.

Tampak Pak Hamzah meneteskan air mata melihat angsa itu bermain sendirian. Direngkuh erat bahu anaknya, tanpa berkata-kata, lama tidak dilepaskan. Andi tampak perlahan menggerakan tubuhnya menatap ayahnya dan bertanya “Ayah ada apa? Kok meluk Andi erat-erat, loh kenapa ayah menangis?” Ayahnya kembali mendekap Andi. Ustd Wahyu memalingkan wajahnya dan mengambil saputangan dari kantung celananya.

“Ayah, ada apa ?” Andi yang baru berusia 12 tahun, bertanya kembali. Sang Ayah diam, perlahan melepaskan tangannya, ditatap wajah anaknya, bersih, lugu dan gagah namun tampak sedang keheranan. “Ada apa sih yah ?” Andi tidak sabar, bertanya kembali.

Ayahy Andi berkata “ Nak maafkan Ayah, sudah 5 bulan tidak menjengukmu.” Dengan tangkas andi menjawab “Ah Ayah, tidak apa-apa yah, saya sudah besar, sudah bisa jaga diri, tak dijenguk pun tak apa-apa.”Sambil menepuk dadanya. “Ibumu sakit!” Kata sang ayah lirih. Andi terdiam, ditundukkan wajahnya, kemudian berkata “Bagaimana keadaan ibu sekarang yah, sudah sembuh?” Sang ayah terdiam, diusap-usap rambut anaknya, dilekatkan kepala anaknya ke dadanya, ia menatap ke tepi danau melihat angsa yang masih bermain sendirian, “Nak, Ibumu sudah meninggal.”

Andi diam disandarkan dirinya, dirapatkan wajahnya ke dada ayahnya, ditahan air matanya agar tidak keluar, tampak bergetar tubuhnya menahan tangis. Merasakan Andi menahan tangis, Sang Ayah pun menahan getaran tubuhnya, menahan tangis, namun ayah andi tak kuasa menahan hatinya, tak kuasa membendung air matanya, semakin dibedung semakin menetes air matanya, didekap erat anaknya, digenggam jemarinya. Mereka larut, bersatu. Andi tetap menahan tangisan, menahan kesedihan, tak ada air mata diwajahnya. Lama Andi didekap ayahnya, sang ayah tak mampu menahan kesedihan. Teringat betapa dekatnya Andi dengan bundanya, dan kini harus merantau jauh ke pulau sebrang untuk menuntut ilmu. “oh..anakku. Sabar ya nak..” Ayah menangis terisak.

Andi berkata lirih “Yah, Ayah jangan nangis, jangan bersedih, Andi nati jadi sedih yah, kasihan Ibu, jika kita tangisi lagi, ibu nanti sedih, ibu sekarang sudah tenang disisi Allah yah, ibu kan baik, pasti diterima Allah, kita harus tabah menghadapi pejalanan hidup ini, jangan kita tambah kesedihan ini Yah, Rosulullah Muhamad SAW pun mengalami hal ini, dan ia tabah dan sabar menghadapi cobaan ini, iyakan ustad? Andi sedikit berteriak bertanya. Ustad Wahyu menganguk sambil memalingkan kembali pandangannya ke danau, kemudian mengusapkan saputangan ke wajahnya.

Semakin deras air mata sang Ayah, kemudian ia memeluk anaknya lebih erat. Andi tetap berusaha menahan tangis, matanya merah, wajahnya merah, dirapatkan bibirnya dirapatkan gigi–giginya. Desah nafasnya bergerak cepat Ia membiarkan ayahnya memeluknya.

Lembayung senja di ufuk barat merambat turun, sesaat Andi berkata lirih “Yah”, “ada apa nak” sahut sang ayah, “mari kita sholat ghaib untuk Ibu. Agar Allah menerimanya dan menempatkannya disisiNya”, Keduanya melepaskan rangkulan, menuju ke mesjid. Ustad Wahyu melihat ke pepohonan jati emas, berdiri merunduk mengusap air matanya di tepi pohon akasia.

Sore pun menjelang, di langit awan mulai tebal, matahari mulai tak nampak. yang ada hanya bias sinar berona kelabu pertanda akan turun hujan. Andi mohon pamit untuk kembali ke asrama.

Saat perpisahan ia berkata “Ayah kini tak perlu lagi menjenguk, nanti Andi saja yang menjenguk saat liburan, saya pulangnya bersama kooedinator saja yah. Sekarang lebih baik Ayah menjaga adik di rumah, kasihan adik, tidak ada yang menjaga, tidak ada Ibu lagi yah, salam untuk adik-adik, jangan nakal, harus sayang kepada ayah, karena ayah kini semakin sibuk, sebagai pengganti ibu”

Merekapun berpisah di gerbang Ma’had sambil melambaikan tangan, kemudian Andi menuju asrama menyusuri tepian lapangan Palagan Agung, melewati teman temanya yang telah selesai berolah raga, mereka riang gembira menuju asrama.

Setibanya di asrama Andi telah dinanti-nanti teman-temannya, “Lama amat, kemana aja sih, mana oleh-olehnya?” serentak sahabatnya menyambut kedatangan Andi. Sambil tersenyum kecil Andi memberikan bungkusan, dan berkata “Kalian dapat salam dari ayah saya,” serentak mereka menjawab “waalaikum salaam, terimakasih ya atas oleh-olehnya,” berhamburan mereka menuju kamar saling membagikan bingkisan dengan berdendang-dendang riang. Sementara Andi meninggalkan mereka menuju kursi belajar, duduk merenung sendiri.

Malam pun tiba, seluruh kamar-kamar di Asrama Al-Fajar telah mematikan lampu, sementara di luar hujan turun rintik-rintik. Tampak satu-dua butir air mata Andi menetes, terdengar do’anya “Ya Allah, kuatkan hati ayah dan adik-adikku, terimalah Ibuku di sisi-Mu. Ya Allah Ikhlaskan ayahku, beri kesabaran pada adik-adikku. Ya Allah, tabahkanlah keluargaku, ya Allah kuatkan hatiku, ya Allah…”Tiba-tiba turun hujan lebat. Tangis Andi pun meledak diantara 2 bantal

Pagi hari embun masih terus menetes, seperti hari-hari sebelumnya. hari ini Andi berangkat kesekolah berbaris rapi, gagah, walau sembab matanya. Andi kini bukan Andi yang lalu…

 Inalilahi wa ina ilaihi rojiun.. Semoga Andi menjadi anak yang Sholeh, Salam sayang dari Ustad untuk anak-anaku di Asramamu.

Selasa, 10 Juli 2012

Sendiri

Disini..dikamar ini aku sendiri
merenung akan kehidupan
kadang indah tak terhingga
kadang bingung tak menentu
kadang hampa tak berdaya
   buat dia yang disana
   aku tak ingin dia kecewa
   aku ingin dia bahagia
   disini aku berdo'a
pada angin yang berhembus
pada awan yang bergerak
aku titipkan pesan
aku rindu padanya.
  perjumpaan adalah suatu yang sulit
  aku tak ingin mengecewakannya
  biarlah mimpi yang menjadi nyata
  kalau aku mencintainya
tak berdaya aku mengenang
tak mampu aku menunggu
sesuatu yang ku anggap tak pasti
biarlah aku tetap sendiri.
   sendiri dalam mimpi
   sendiri dalam sepi
   namun yang pasti
   disini aku menanti.

Jumat, 29 Juni 2012

Perjalananku

Aku terlahir dari sebuah keluarga yang sederhana.
ayahku hanya seorang mandor di sebuah perkebunan karet
ibuku juga buruh kerja di perusahaan itu.
saat menjelang umur 5 tahun ayahku sudah duluan di panggil 
yang Maha kuasa.
akupun di asuh dan di besarkan oleh ibu dan di bantu oleh kakakku dari 
ayah yang berbeda.tinggal dalam satu rumah.
di saat keadaan sulit kami harus menerima apa adanya
kadang buat makanpun kami mengalami kesusahan.
    Dan waktupun terus bergulir 
    ibuku sudah semakin tua,pekerjaan pun di tinggalkan
    hanya sebidang sawah petak yang jadi tumpuan
    ibukupun punya beberapa kambing,ayam, dan sebagian dari hasil kebun
    untuk menyambung hidup kami.
    sepulang sekolah aku turut membantu ibu untuk menggembala
    kambing-kambingnya.
Menjelang sekolah di jenjang Menengah
aku turut di bantu kakaku yang di Jakarta
namanya Suyitno.Beliau salah satu kakaku yang satu ayah.
akupun di bekali dengan sepeda BMX untuk berangkat ke sekolah
hingga akhirnya lulus.
tak berhenti disitu,kakakku turut menyekolahkan aku hingga jenjang Menengah Atas
    Perjalanan dari rumah kesekolah cukup jauh
    dan perlu ongkos kendaraan
    dan akhirnya ada keputusan untuk tinggal dikos-kosan.
    awal masuk aku ikut temen yang punya saudara di Sidareja.
    akupun ikut tinggal bersamanya.
    namun hanya berjalan 1 bulan lebih.
Akupun punya saudara di Cipari lumayan jauh dari sekolah tapi tak apa
akupun tinggal bersama bibiku di sana.
dan kenal beberapa kawan : Farida Ulfah,Teguh,Darsih,Ina,Tri,Yuli,dll
hanya beberapa bulan saja aku tinggal di Cipari.
dan akhirnya sewa kamar di rumah Bp.Sujud di Sidareja.
dengan biaya Rp.5.000/bln.tanpa makan
harga itu pantas,karena pada zamannya harga-hargapun masih murah
    Naik kelas II akupun pindah kos di rumah Nenek Suhud 
    ada beberapa teman yang aku kenal diantara :Sayoto,Sulasmi,Yanto,dll
    dirumah Nek Suhud aku ditemani sama Ahmad dan Adis.
    masa itu masih kanak-kanak.
    kadang masak nasi tapi ga nyayur.
    terpaksa saat ibu kos nyayur kita makan rame-rame
    itulah kenangan sebagian dari ribuan cerita.
Tahun kelulusan telah tiba
saatnya untuk melanglang buana
bersama kakakku aku di antar ke Jakarta.
beberapa bulan aku langsung kerja di PT.Gramedia group
masa kerja 6 bulan sudah habis dan aku gunakan untuk pulang ke kampung halaman
    Setelah berangkat lagi ke Jakarta
    beberapa minggu aku nganggur dan akhirnya aku coba untuk pergi ke Bandung
    1 bulan lebih aku belum kerja.
    aku coba untuk melamar kerjaan
    namun akhirnya setelah seleksi dari ratusan orang yang melamar akupun lulus.
    aku bekerja di PT.Dewa Sutratex,Cibaligo-Cimindi.Bandung
3 tahun setelah kerja aku putuskan untuk menikah
pada tahun ke-5 aku keluar dari perusahaan

dan hidup bersama keluarga di Batujajar-Bandung.
dengan 2 orang anak yang cantik-cantik.
aku coba jalani hidup dengan berdagang.
    Setelah 5 tahun aku menikah, ibuku meninggal dunia
    aku sudah tidak punya orang tua.
    di tahun ke-6 aku coba untuk melanjutkan sekolah di 
    Universitas Terbuka cab.Bandung
    tahun pertama aku gunakan masa sekolah untuk mengajar di SMK
FISIP adalah pilihan fakultasnya dan jurusan yang di ambil adalah
Sosiologi ekonomi dan masalah sosial.
sambil kuliah aku mengajar bid.study : Pkn ( SMK ),dan sosiologi ( SMA )
waktu berjalan 3 tahun di sekolah.
    Karena tidak ada perkembangan yang memadai akupun keluar.
    masalahpun datang.
    karena kecerobohan seorang istri aku harus menanggung hutang hingga ratusan juta
   walau akhirnya di bayar hanya pokoknya 

dari sana aku telah terpukul jatuh

namun akhirnya aku putuskan untuk pergi ke luar Negeri
dan sampailah di Negeri Jiran ( Malaysia).
masa kontrak 2 tahun. namun lanjut perpanjang 1 tahun kedepan.
    peristiwa prahara rumah tangga mulai goncang lagi
    saat itu istriku jatuh sakit.
    akupun sering menelponnya.
    ternyata ada kebohongan yang tersimpan dalam hatinya
    selama 2 th aku kerja lebih 42 jt aku kirim.
dan ternyata uang yang dikirim telah habis buat bayar hutang ke rentenir
kini istriku menanggung hutang puluhan juta yang belum ke bayar
orang tuanya telah menaggung semua
sebenarnya akupun ga mau terlibat dalam hutang itu
karena akupun tak pernah perintah untuk itu.
    aku hanya gigit jari menunggu saat pulang nanti
    uang ongkos dari gaji beberapa bulan yang aku gunakan
    akan menjadi teman dalam perjalanan
    walau hasil sekian tahun telah di makan oleh orang.

Apa hendak dikata semua telah terjadi
ada pertanyaan yang tersimpan dalam pikiran
kenapa peristiwa yang sama bisa terulang ?
kenapa tidak di ambil pelajaran ?
    Kini Dia mengiba padaku
    untuk bisa memaafkan kesalahannya
    kesalahan yang telah bikin malu orang tua,
    membohongi suami,menelantarkan anak
    menghancurkan masa depan.
Apakah aku harus terima semua ini ?
ada hikmah dibalik semua peristiwa.
aku hidup hanya untuk bahagia
aku ingin menggapai impian
aku ingin kesejahteraan
walau hidup sebatangkara.
aku harus punya harapan.


    
    
    
    



Rabu, 20 Juni 2012

Padamu

Di akhir masa hidupku
aku ingin kau menemaniku
di kala aku berbaring sakit
engkaulah pelipur laraku
    perjalanan nan letih telah ku lalui
    menapaki bukit terjal nan berbatu
    aku tersadar dan merenung
    knapa langkahku makin beku.
ada roda penolong dalam ayunan kaki
ketika langkah ini terhenti seketika
rasa ngilu pun akan hilang sirna
dan harapan itu aku lihat dalam senyum manismu.